Komunitas Alumni SMNSA Kompak Dukung Prof Ridha Menuju Medan 1

Pojokpolitik.com
Share:

 

Prof Ridha dapat dukungan dari komunitas alumni SMANSA Medan. (Foto : Novri)

POJOKPOLUTIK.COM- Dukungan mengalir deras dari sejumlah relawan untuk menghantarkan sosok muda dan energik Prof. Dr. dr Ridha Dharmajaya Sp BS (K) mengarungi kontestasi Pilkada Medan 2024 November mendatang. 

Dukungan kali ini hadir dari komunitas alumni Sekolah Menengah Atas Negeri Satu (SMANSA) Medan.

Sebagai sesama alumni di SMANSA, ada keinginan besar agar Prof Ridha bisa menjadi Walikota Medan. 

Hal itu diungkapkan Dedi Ketaren, salah satu alumni yang hadir dalam acara Ngobrol Bareng (Ngobar) Prof Ridha Dharmajaya bersama Alumni Angkatan 92 SMANSA Medan dan Kawan-kawan di Medan, Rabu (10/7/2024) kemarin. 

"Kita apresisasi dukungan kita buat kawan-kawan alumni SMANSA 92, artinya ada tokoh lingkup alumni SMANSA yang saat ini maju sebagai calon walikota Medan. Kita dari komunitas alumni SMANSA tetap dukung dan memberi kobtribusi buat Prof Ridha, " ujar Dedi. 

Dirinya mengaku jika para alumni SMANSA memiliki harapan yang sama yakni menginginkan Medan menjadi lebih baik dan menjadi pionir di Indonesia. 

Sebagai bentuk dukungannya, Dedi mengatakan akan melakukan langkah strategis untuk awal pergerakan mereka. 

"Langkah strategis di awal siap mendukung dan memberikan opini positif untuk stimulus ke adik-adik, rekan-rekan dan keluarga terdekat dan juga dukungan lain baik moril, materil dan pastinya dukungan suara di TPS, " ungkapnya. 

Hal itu pun diamini Gerlad Siahaan. Sebagai salah satu penggagas acara, dirinya dan kawan-kawan tak hanya angkatan '92 namun juga angkatan lain yang hadir,  komit mendukung Prof Ridha. 

"Alumni '92 dan kawan-kawan alumni yang lain kompak di Medan dan siap mendukung Prof Ridha, " tegasnya. 

Hal senada turut disampaikan Rika. Sebagai Sekretaris Ikatan Alumni (IKAL) SMANSA dirinya siap menjalin komunikasi yang intens terhadap alumni lainnya agar ikut mendukung Prof Ridha. 

"Kita sesama alumni SMANSA tentunya ingin mendukung Prof Ridha menuju Medan Satu. Ke depan kita bisa lebih intens berbincang dengan alumni agar bisa kompak memenangkan Prof Ridha, " ungkap Rika. 

Dalam kesempatan itu Prof Ridha menyambut baik dan mengapresiasi semangat kawan-kawan sesama alumni yang siap mendukung perjalanannya menuju Medan Satu. 

Prof Ridha membuka cerita di balik alasannya maju dan harga mahal yang harus dikorbankan jika maju dalam kontestasi Pilkada 2024.

Sebagai seorang guru besar, dokter spesialis dan juga Profesor dengan kehidupan mapan dan menyisakan masa kerja hampir 30 tahun tentu ada pengorbanan besar yang diambilnya untuk maju sebagai calon walikota. 

"Hari ini kita masuk ke percaturan politik. Ini bukan kosong-kosong aja ada harga yang harus kita korbankan. Orang pasti bertanya? Kenapa mau maju padahal hidup sudah mapan dan semua sudah terpenuhi. Pekerjaan juga sudah nyaman. Tapi kita hari ini tidak bisa diam, " ungkapnya. 

Kalau hari ini diam dan abai dengan sesuatu yang terjadi, maka dirinya menghawatirkan potensi besar anak-anak muda ke depan akan menjadi penumpang di negeri ini. 

"Terlalu besar kalau berbicara Indonesia tapi kita bisa masuk dalam skup Medan dahulu. Sehingga kita mulai gerakan ini. Berawal dari Omibuslaw, itu bidang saya. Saya tau betul siapa di belakangnya, dan kemana arahnya. Dunia kesehatan akan dijadikan ajang bisnis. Sehingga perlu ada gerakan untuk bisa merubahnya, " tegasnya. 

Dirinya kembali mengutarakan jika masyarakat saat ini gak butuh gagasan yang disampaikan. 

"Basic Need (Kebutuhan Dasar) nya yang perlu kita benahi. Yang penting ada nasi panas di ata smeja makannya. Masyarakat gak kelaparan, bisa sekolah dan hidupnya sejahtera, " ujar Prof Ridha. 

Untuk itu dirinya kembali mengajak komunitas alumni SMANSA untuk ikut bergerak bersama dengan ide-ide luar biasanya agar Medan bisa menjadi kota yang lebih baik ke depannya. 

Dirinya juga mengajak rekannya sesama alumni untuk ikut mengampanyekan tolak politik uang  

"Saat pilkada ada yang ngasih uang tolak dan ajak juga rekan dan sahabat lain untuk melakukannya. Beri logika berfikir,  jika mereka menerima uang mereka akan membayar mahal lima tahun ke depannya. Bagaimana pemimpin terpilih karena money politics akan peduli pendidikan dan kesehatan?  Karena mereka tentunya akan berfikir bagaimana mengembalikan modal besar yang telah habis, " ucap Prof Ridha mengakhiri. (*)

Share:
Komentar

Berita Terkini