Tokoh masyarakat dan juga inisiator GGSI, Prof Dr.dr Ridha Dharmajaya Sp BS (K). (Foto : Istimewa). |
POJOKPOLITIK.COM- Belakangan ini kabar mengejutkan hadir dari ranah parlemen. Sebanyak seribu lebih anggota DPR dan DPR ternyata bermain judi online .
Ironisnya lagi, agregat transaksi tersebut mencapai Rp 25 miliar per satu orang.
Data tersebut diungkap langsung Wakil Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Ivan Yustiavandana dalam rapat kerja Komisi III DPR bersama PPATK di ruangan Komisi III DPR, Gedung Nusantara, Senayan, Jakarta, Rabu (26/6/2024) kemarin.
"Jadi ada lebih dari seribu orang itu DPR, DPRD sama sekretariat kesetjenan ada. Lalu transaksi yang kami potret itu lebih dari 63 ribu transaksi yang dilakukan oleh mereka-mereka itu. Dan angkanya bisa saya sampaikan?" ujar Ivan dilansir dari sejumlah laman.
Menyahuti temuan mengejutkan itu, Inisiator Gerakan Gadget Sehat Indonesia (GGSI) Prof.Dr.dr Ridha Dharmajaya Sp BS (K) menyampaikan kekecewaan mendalam.
Sebagai penggagas gadget sehat secara fisik dan juga konten yang menginginkan hadirnya generasi emas tentu saja akan terbentur dengan kenyataan tersebut.
"Miris. Seharusnya DPR menjadi contoh teladan yang baik ke masyarakat. Di saat kita menyuarakan tolak judi online tapi yang mencontohkan justru wakil kita di parlemen," ungkap Prof Ridha, Kamis (27/6/2024).
Temuan ini juga bilang Prof Ridha membuktikan bagaimana pengkaderan dalam tubuh partai masih berjalan tidak maksimal.
"Harusnya partai mengirimkan orang yang benar dan baik untuk maju ke parlemen hingga bisa menjadi contoh yang baik ke masyarakat," ujarnya.
Ini juga sebut Prof Ridha membuka mata semua orang bagaimana kualitas pemimpin saat ini.
"Partai harus berbenah untuk melakukan proses pengkaderan serta penjaringan dengan cara yang lebih baik lagi agar bisa melahirkan kader teladan untuk menjadi anggota dewan yang akan mewakili suara rakyat," katanya.
Sebelum mengakhiri, Prof Ridha juga menilai kejadian ini bisa menjadi koreksi bagi masyarakat untuk memilih calon wakil rakyat dengan cara yang benar.
"Jangan memilih dengan cara yang kurang baik seperti penyuapan. Karena akan melahirkan pemimpin dengan kualitas yang seperti ini. Apa yang mau diharapkan dari mereka nantinya?" sebut Prof Ridha. (*)